JAKARTA - Nilai investasi yang dibawa Raja Arab Saudi Salman Bin Abdul Aziz Al Saud ke Indonesia di luar ekspektasi pemerintah.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung sempat mengungkapkan bahwa investasi negara tersebut untuk Indonesia bisa jadi mencapai USD 25 miliar atau sekitar Rp 333 triliun.
Bahkan dalam kerja sama dibidang perminyakan, investasi yang didapat Indonesia masih di bawah investasi Saudi ke Malaysia yakni sebesar USD 7 miliar, sementara Indonesia hanya USD 6 miliar. Meski demikian, Indonesia mendapatkan dana tambahan dari komitmen kontribusi pendanaan Saudi terhadap pembiayaan proyek pembangunan yang mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun.
Menanggapi hal tersebut, Divisi Komunikasi Kantor Staf Presiden Jojo Raharjo menilai bahwa investasi yang didapat Indonesia dari Saudi bisa meningkat seiring berjalannya hubungan yang harmonis antar dua negara. Menurutnya, selama ini, hubungan Indonesia-Saudi mengalami naik turun, yang dimulai dengan hukuman mati terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) dan moratorium TKI ke negara-negara Timur Tengah yang salah satunya adalah Saudi.
"Kita itu bukan negara pengemis, nilai investasi bisa kita kawal bersama," ungkapnya dalam diskusi bertajuk 'Investasi dari Lawatan King Size' di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (4/3).
Lanjut Jojo, kunjungan Raja Salman ke Indonesia merupakan sejarah baru setelah 47 tahun lalu Raja Faisal menyambangi Indonesia.
Meski selama ini hubungan kedua negara berjalan dengan baik, namun kunjungan Raja Salman merupakan sejarah baru bagi Indonesia. Sebab belum ada pemimpin negara yang melakukan kunjungan selama sembilan hari di Indonesia.
"Ini adalah kunjungan bersejarah, dan ada 11 komitmen yang disepakati di Istana Bogor kemarin. Dan ini harus kita dorong bersama-sama harus dikawal realisasi kerja sama yang disepakati," tegas Jojo. (***)