Related image

BeritaBengkulu.id - Lalu bagaimana cara FaceApp bekerja? Untuk menciptakan manipulasi foto yang natural itu, FaceApp menggunakan artificial intelegence yang disebut neural network.
"Kami menggunakan teknologi deep generative convolutional neural network," jelas Yaroslav Goncharov, pembuat FaceApp asal Rusia seperti dikutip TechCrunch.
Generative neural network merujuk pada kecerdasan buatan yang dibuat dari komputer berjejaring. Sebuah sistem komputer yang meniru sistem neuron pada otak manusia. 
Tujuannya, agar sistem kecerdasan buatan ini bisa belajar dan menemukan sendiri struktur tersembunyi dalam data yang sangat besar tanpa tergantung pada label eksternal.
Bukan filter
Jadi, apa yang diaplikasikan di FaceApp bukanlah filter. Melainkan hasil intelegensi buatan deep learning untuk memodifikasi foto. Teknik serupa juga digunakan oleh aplikasi foto seperti Prisma dan Pikazo. 
Teknologi ini cukup matang untuk keperluan membuat gaya artistik atau membuat resolusi super. Namun, teknologi ini punya tantangan untuk memanipulasi foto realistis.  

Bisa Ubah Wajah Jadi Tua dan Muda, Begini Kerja FaceApp
Sebenarnya, sebelum FaceApp, usaha untuk memanipulasi foto sepeti ini sudah pernah dilakukan. Namun,hasilnya tidak natural dan masih beresolusi rendah.
Tapi, dengan makin baiknya teknologi machine learning, Goncharov berhasil membuktikan kesiapan teknologi ini . "Saat saya menunjukkan hasilnya pertama kali ke teman-teman, mereka sangat terkejut – ini benar-benar seperti sulap," jelas Goncharov seperti dikutip ReCode.  
"Saya kira saat ini tak ada produk komersil atau penelitian yang bisa mengklaim kualitas yang setara dengan foto modifikasi ini (FaceApp)," tandasnya. 
Photorealism 
"Perbedaan utama (aplikasi) kami adalah photorealism," terang Goncharov kepada TechCrunch. Untuk diketahui, photorealism adalah gaya melukis yang sangat mirip dengan foto. Sehingga seringkali orang salah mengira lukisan itu sebagai foto.  
Goncharov percaya bahwa photorealism ini yang akan terus mendongkrak pengguna aplikasinya itu. "Kami percaya (aplikasi foto yang memberi) efek hiburan seperti itu tergantung pada tren. Tapi, photorealism tak lekang waktu." 
Aplikasi hiburan ini mengacu pada aplikasi manipulasi foto dengan filter, animasi, atau lukisan misalnya.
(CNN)

Bisa Ubah Wajah Jadi Tua dan Muda, Begini Kerja FaceApp

Related image

BeritaBengkulu.id - Lalu bagaimana cara FaceApp bekerja? Untuk menciptakan manipulasi foto yang natural itu, FaceApp menggunakan artificial intelegence yang disebut neural network.
"Kami menggunakan teknologi deep generative convolutional neural network," jelas Yaroslav Goncharov, pembuat FaceApp asal Rusia seperti dikutip TechCrunch.
Generative neural network merujuk pada kecerdasan buatan yang dibuat dari komputer berjejaring. Sebuah sistem komputer yang meniru sistem neuron pada otak manusia. 
Tujuannya, agar sistem kecerdasan buatan ini bisa belajar dan menemukan sendiri struktur tersembunyi dalam data yang sangat besar tanpa tergantung pada label eksternal.
Bukan filter
Jadi, apa yang diaplikasikan di FaceApp bukanlah filter. Melainkan hasil intelegensi buatan deep learning untuk memodifikasi foto. Teknik serupa juga digunakan oleh aplikasi foto seperti Prisma dan Pikazo. 
Teknologi ini cukup matang untuk keperluan membuat gaya artistik atau membuat resolusi super. Namun, teknologi ini punya tantangan untuk memanipulasi foto realistis.  

Bisa Ubah Wajah Jadi Tua dan Muda, Begini Kerja FaceApp
Sebenarnya, sebelum FaceApp, usaha untuk memanipulasi foto sepeti ini sudah pernah dilakukan. Namun,hasilnya tidak natural dan masih beresolusi rendah.
Tapi, dengan makin baiknya teknologi machine learning, Goncharov berhasil membuktikan kesiapan teknologi ini . "Saat saya menunjukkan hasilnya pertama kali ke teman-teman, mereka sangat terkejut – ini benar-benar seperti sulap," jelas Goncharov seperti dikutip ReCode.  
"Saya kira saat ini tak ada produk komersil atau penelitian yang bisa mengklaim kualitas yang setara dengan foto modifikasi ini (FaceApp)," tandasnya. 
Photorealism 
"Perbedaan utama (aplikasi) kami adalah photorealism," terang Goncharov kepada TechCrunch. Untuk diketahui, photorealism adalah gaya melukis yang sangat mirip dengan foto. Sehingga seringkali orang salah mengira lukisan itu sebagai foto.  
Goncharov percaya bahwa photorealism ini yang akan terus mendongkrak pengguna aplikasinya itu. "Kami percaya (aplikasi foto yang memberi) efek hiburan seperti itu tergantung pada tren. Tapi, photorealism tak lekang waktu." 
Aplikasi hiburan ini mengacu pada aplikasi manipulasi foto dengan filter, animasi, atau lukisan misalnya.
(CNN)