KEPAHIANG - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepahiang saat ini harus benar-benar memiliki perencanaan matang dalam membangun gedung. Agar tidak menjadi bangunan atau aset daerah terbengkalai. Karena tidak manfaatkan sebagai mana mestinya. Seperti bangunan gedung di Desa Sengkuang Kecamatan Kabawetan yang dibangun saat masa kepemimpinan Bando Amin C Kader MM sekitar tahun 2011-2012.
Sebab gedung tersebut berdiri diatas lahan yang berada jauh dari pemukiman warga. Sehingga bangunan dijadikan tempat mesum bagi orang-orang tidak bermoral. Ironisnya pembangunan gedung itu sudah menghabiskan anggaran mencapai Rp 1 Miliar dari APBD Kabupaten Kepahiang. Hal itu diketahui setelah Pansus Penelusuran Aset (PPA) II DRPD Kepahiang melakukan sidak guna memastikan kejelasan status bangunan tersebut, pada Rabu (1/2).
Ketua PPA DPRD Kepahiang, II Drs Ahmad Rizal MM, Abdul Haris TB, Edwar Samsi SIp MM, Hariyanto, Riswanto dan Nurrahman Putra, serta staf DPRD Kepahiang datang dan meninjau langsung bangung tersebut. “Saat melakukan inspeksi mendadak ke sana, nampak sekali kondisi gedung sangat memperihatikan. Gedung sudah dipenuhi semak belukar, dinding-dinding bangun dipenuhi coret-coretan berbahasa kotor dan tidak senonoh. Selain itu pintu, jendela dan WC sudah raib dari tempatnya, kuat dugaan dicuri orang,” ungkap Anggota PPA, Edwar Samsi.
Selanjutnya disampaikan Edwar, terakhir baru diketahui bangunan ini dirancang untuk tukar guling lahan 50 hektar milik SPP Kelobak. Direncanakan SPP Kelobak akan dipindahkan, tetapi tidak terjadi. “Ini rencananya untuk lahan tukar guling dengan SPP Kelobak,”ungkap Edwar.
Pembangunan gedung ditengah hutan jauh dari pemungkinan warga dan akan dijadikan gedung SPP Kelobak tersebut dinilai sebagai akal-akal rezim. Sebab kondisinya sangat tidak layak, ide pembangunan gedung jauh dari pemukiman dinilai tidak layak.
Sementara Heriyanto menjelaskan, pembangunan gedung tersebut diduga belum selesai. Pasalnya, pansus belum menemukan jaringan listrik.
“Bangunan ini nampaknya belum selesai, lihat saja instalasi listrik belum selesai,” tutur Hariyanto. (***)