BeritaBengkulu.id - Di Indonesia termasuk Jakarta banyak sekali tersedia berbagai macam hotel berbintang. Ada satu yang menarik perhatian, yaitu kehadiran hotel syariah. Apa perbedaaan hotel syariah dan konvensional?
Pemilik sekaligus Komisaris Utama Sofyan Hotel, yang merupakan salah satu nama hotel syariah di Indonesia, Riyanto Sofyan mengatakan, pada dasarnya hotel syariah dan konvensional adalah sama-sama sebuah bisnis yang bergerak di bidang properti yang menyediakan hunian sebagai tempat menginap sementara. Perbedaannya adalah terletak pada cara penyajian dan berbagai layanan yang diberikan.
Jika pada hotel konvensional semuanya serba bebas, baik makanan, minuman, dan hiburan. Di hotel syariah pelayanannya dibatasi. Makanan, minuman, dan restoran harus bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan, ada seleksi tamu dalam pelayanan hotel syariah ini.
"Produk yang syariah itu bagus untuk semua bukan hanya muslim tok, baik yang dipakai atau lainnya. Baik untuk muslim dan non muslim. Misalkan dari makanan, muslim kebutuhan utama makanan halal dan semuanya halal, untuk tahu halal harus ada sertifikasi, ini semuanya sudah harus dapat sertifikat MUI," terang dia.
Riyanto menjelaskan, selain makanan dan minuman halal, setiap rest room atau kamar kecil harus menyediakan air yang cukup untuk bersuci, baik untuk buang air kecil maupun besar bahkan mandi. Hal ini kadang jarang ditemui di hotel konvensional.
"Kemudahan bersuci harus ada toilet shower tidak hanya tissue. Kan banyak hotel tidak menyediakan itu, ini kan nggak ramah buat muslim. Kemudahan untuk beribadah ini kalau misalkan di kamar ada arah kiblat, disediakan sajadah, ada Al-Quran," ujarnya.
"Suasana hotel harus kondusif secara Islami, tidak boleh ada bar. Pokoknya intinya yang dugen nggak karuan, yang terlalu hingar bingar dan hura-hura dilarang. Kita berhibur boleh tapi muslim kan lifestyle lebih ke manfaatnya," terang dia.
Lebih jauh Riyanto menjelaskan, setiap tamu yang datang diperiksa secara hati-hati. Artinya, tidak semua tamu bisa diterima untuk menginap di hotel syariah, misalkan pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim.
“Tidak ada peraturan atau perda ke mana-mana harus bawa buku nikah, jadi dugaan kuat yang kita pakai, kita tahu orang datang itu mau ngamar atau beneran nginap. Kalau yang hanya mau ngamar, cuma mau sejam dua jam biasanya nggak bawa koper, bahasa tubuhnya beda, jadi kalau mencurigakan ada kemungkinan ditolak tapi tidak secara vulgar jadi mulai dari satpam sudah ada standar prosedurnya," kata dia.
"Dia nggak bawa apa-apa, biasanya check in sendirian tapi di belakangnya dia bawa cewek, jadi mereka (petugas) sudah paham, bahasa tubuhnya sudah tau, dari identifikasi KTP nya itu sudah jadi dasar hukum, dan bukan lihat surat nikah karena nggak ada orang bawa-bawa surat nikah ke mana-mana," cetusnya.
(dtk)
Ini Bedanya Hotel Syariah dan Hotel Konvensional
BeritaBengkulu.id - Di Indonesia termasuk Jakarta banyak sekali tersedia berbagai macam hotel berbintang. Ada satu yang menarik perhatian, yaitu kehadiran hotel syariah. Apa perbedaaan hotel syariah dan konvensional?
Pemilik sekaligus Komisaris Utama Sofyan Hotel, yang merupakan salah satu nama hotel syariah di Indonesia, Riyanto Sofyan mengatakan, pada dasarnya hotel syariah dan konvensional adalah sama-sama sebuah bisnis yang bergerak di bidang properti yang menyediakan hunian sebagai tempat menginap sementara. Perbedaannya adalah terletak pada cara penyajian dan berbagai layanan yang diberikan.
Jika pada hotel konvensional semuanya serba bebas, baik makanan, minuman, dan hiburan. Di hotel syariah pelayanannya dibatasi. Makanan, minuman, dan restoran harus bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan, ada seleksi tamu dalam pelayanan hotel syariah ini.
"Produk yang syariah itu bagus untuk semua bukan hanya muslim tok, baik yang dipakai atau lainnya. Baik untuk muslim dan non muslim. Misalkan dari makanan, muslim kebutuhan utama makanan halal dan semuanya halal, untuk tahu halal harus ada sertifikasi, ini semuanya sudah harus dapat sertifikat MUI," terang dia.
Riyanto menjelaskan, selain makanan dan minuman halal, setiap rest room atau kamar kecil harus menyediakan air yang cukup untuk bersuci, baik untuk buang air kecil maupun besar bahkan mandi. Hal ini kadang jarang ditemui di hotel konvensional.
"Kemudahan bersuci harus ada toilet shower tidak hanya tissue. Kan banyak hotel tidak menyediakan itu, ini kan nggak ramah buat muslim. Kemudahan untuk beribadah ini kalau misalkan di kamar ada arah kiblat, disediakan sajadah, ada Al-Quran," ujarnya.
"Suasana hotel harus kondusif secara Islami, tidak boleh ada bar. Pokoknya intinya yang dugen nggak karuan, yang terlalu hingar bingar dan hura-hura dilarang. Kita berhibur boleh tapi muslim kan lifestyle lebih ke manfaatnya," terang dia.
Lebih jauh Riyanto menjelaskan, setiap tamu yang datang diperiksa secara hati-hati. Artinya, tidak semua tamu bisa diterima untuk menginap di hotel syariah, misalkan pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim.
“Tidak ada peraturan atau perda ke mana-mana harus bawa buku nikah, jadi dugaan kuat yang kita pakai, kita tahu orang datang itu mau ngamar atau beneran nginap. Kalau yang hanya mau ngamar, cuma mau sejam dua jam biasanya nggak bawa koper, bahasa tubuhnya beda, jadi kalau mencurigakan ada kemungkinan ditolak tapi tidak secara vulgar jadi mulai dari satpam sudah ada standar prosedurnya," kata dia.
"Dia nggak bawa apa-apa, biasanya check in sendirian tapi di belakangnya dia bawa cewek, jadi mereka (petugas) sudah paham, bahasa tubuhnya sudah tau, dari identifikasi KTP nya itu sudah jadi dasar hukum, dan bukan lihat surat nikah karena nggak ada orang bawa-bawa surat nikah ke mana-mana," cetusnya.
(dtk)