BeritaBengkulu.id - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengklaim jumlah anak putus sekolah di Kabupaten Rejang Lebong saat ini termasuk dalam kategori rendah. Kalaupun masih ada satu-dua kasus, bukan disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi lebih kepada pengaruh lingkungan.
“Kalau menurut saya sih rendah ya. Jarang juga anak yang putus sekolah. Ada sih ada, tapi tidak terlalu banyak,” kata Tarsisius Samuji, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rejang Lebong di Curup, Kamis (14/9).
Samuji menambahkan dari jumlah anak putus sekolah itu pun tersebar secara merata di 15 kecamatan. “Enggak terlalu ini ya, tidak spesifik di daerah tertentu. Tidak terlalu menonjol,” ujarnya.
Menurunnya jumlah anak putus sekolah di daerah ini, terang Samuji, dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, saat ini sarana dan prasarana pendidikan, yakni sekolah, di Rejang Lebong sudah mulai tersebar di mana-mana mulai dari tingkat SD hingga SMP. Kemudian, orang tua tidak terlalu dibebani biaya mahal untuk menyekolahkan anaknya.
“Memang orang tua tidak terlalu dibebani biaya, kan, begitu. Jadi tinggal masukkin saja anaknya sekolah. Karena pada hakekatnya Rejang Lebong ini, sarana dan prasarana pendidikan sudah menyebar ke mana-mana. Artinya, tidak punya alasan lagi untuk tidak menyekolahkan anak di tingkat SD maupun SMP, karena sekolah sudah tersedia di mana-mana,” urainya.
Kedua, lanjutnya, saat ini Pemkab Rejang Lebong, di bawah kepemimpinan Bupati Hijazi, tengah gencar-gencarnya meningkatkan pembangunan di sektor pendidikan. Bahkan, untuk tahun ini anggaran sektor pendidikan di Kabupaten Rejang Lebong sudah mencapai 26 persen lebih.
“Apalagi nanti kalau memang disetujui DPRD, tahun ini untuk siswa baru akan kita berikan pakaian gratis. Itu sudah kita alokasikan Rp 20 miliar lebih. No problem-lah. Jadi kalau sampai ada anak yang tidak sekolah, berarti ada hal khusus yang mempengaruhinya,” tegas Samuji. [MC]